HUMANISTIK
Dasar dari terapi Humanistik adalah
penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada
kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Dalam terapi ini
para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, melainkan bertujuan
untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya
memecahkan masalahnya sendiri. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam terapi
Humanistik ini adalah Terapi yang
berpusat kepada klien atau Client-Centered
Therapy.
Client-Centered Therapy adalah terapi yang dikembangan oleh Carl Rogers
yang didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi
dirinya sendiri dan merupakan orang yang mampu untk memecahkan masalahnya
sendiri. Tugas terapis adalah mempermudah proses pemecahan masalah klien. Terapis
juga tidak mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau
menganjurkan serangkaian tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini lebih
dikenal dengan istilah fasilitator (Atkinson dkk, 1993). Oleh karena itu tujuan
dari Client-Centered
Therapy adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien
untuk menjadi pribadi yang dapat berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan
tersebut terapis perlu mengusahakan agar klien dapat menghilangkan topeng yang
dikenakannya dan mengarahkannya menjadi dirinya sendiri.
Contoh Kasus:
Remaja
yang berinisial R, remaja tersebut acuh tak acuh dengan lingkungannya dan juga
keluarganya. Penyesuaian R yang kurang baik di rumah dapat diinterpretasi
sebagai manifestasi dari kebutuhannya untuk penghargaan dari keluarganya
khususnya dari kedua orangtuanya yang barangkali kurang terpenuhi atau bahkan
belum terpenuhi sehingga menjadikan R menjadi acuh tak acuh dengan lingkungan
sekitarnya karena lingkungan rumah tidak dapat menerima diri R. Kurangnya
kesempatan bagi R dalam mengaktualisasikan dirinya juga merupakan salah satu
penyebab perilaku R.
Penanganan melalui pendekatan
Humanistik :
Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa
dalam pendekatan Humanistik, individu diminta untuk menjadi pribadi yang
berfungsi dengan baik. Dalam kasus tersebut bahwa R mengalami sikap acuh tak
acuh dengan lingkungannya bahkan dengan keluarganya sendiri serta tidak berfungsi
dengan baik pada lingkungannya.
Pada kasus diatas Client-Centered Therapy dapat digunakan dalam kegiatan terapi, yaitu
klien menjadi pusat perbaikannya. Karena dalam terapi tersebut klien diminta
untuk melihat kedalam dirinya, apa-apa saja yang klien punya melainkan
kelebihan klien sehingga akan membangun kepercayaan dirinya. Untuk mencapai
pemahaman dalam terapi tersebut, klien harus terbuka pada dirinya sendiri dan
mengarahkan dirinya menjadi pribadi yang lebih baik sehingga dapat berfungsi
dengan baik di lingkungannya. Sedangkan tugas terapis hanyalah sebagai
fasilitator dalam kegiatan terapi ini, terapis hanya membantu atau mempermudah
berjalannya proses terapi dan mengoptimalkan kegiatan tersebut selebihnya hasil
dari terapi tersebut tergantung pada klien, apakah klien mampu membuka diri dan
membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara melihat jauh ke
dalam dirinya bahwa setiap individu mempunyai keunikan tersendiri begitu pula
dengan R.
Daftar Pustaka :
Riyanti, Dwi. & Prabowo, Hendro . (1998) . Seri Diklat Kuliah : Psikologi Umum 2. Jakarta : Universitas Gunadarma
Markam, Sumarmo, S. (2003) . Pengantar Psikologi Klinis . Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia