Rabu, 26 November 2014

Addiction Terhadap Interaksi Manusia Melalui Media Sosial




Kecanduan Media Sosial


    Apakah Anda tidak pernah melepaskan diri dari komputer, laptop atau handphone 3G Anda? Apakah Anda seorang maniak internet? Kapanpun dan dimanapun Anda berusaha untuk online demi berbagai macam kepentingan mulai dari update status atau lokasi, update foto terkini, ataupun update tentang film. Apakah Anda menjadikan jejaring sosial sebagai satu-satunya media Anda untuk berinteraksi sosial? Serta Anda melakukannya sepanjang hari Anda? Anda terlena dengan dunia maya dan melupakan kenyataan diluar sana, jika ini semua yang Anda alami maka ketahuilah kemungkinannya Anda sudah mengidap gangguan kecanduan internet. Secara tidak langsung melalui media social kita sudah menjadi pecandu medsos karena dijaman sekarang gadget juga sudah banyak yang smartphone sehingga anda selalu berpikir tanpa adanya update status atau update photo anda merasa ada yang kurang atau anda selalu mengechek handphone secara tidak langsung dengan frekuensi yang sering.

      Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan.

      Adiksi terhadap internet terlihat dari intensi waktu yang digunakan seseorang untuk terpaku di depan komputer atau segala macam alat elektronik yang memiliki koneksi internet, dimana akibat banyaknya waktu yang mereka gunakan untuk online membuat mereka tidak peduli dengan kehidupan mereka yang terancam diluar sana, seperti nilai yang buruk disekolah atau mungkin kehilangan pekerjaan dan bahkan meninggalkan orang-orang yang mereka sayangi.
  


      Ditemukan kasus di Amerika dimana seseorang harus tidak lulus karena tidak pernah menghadiri kelas untuk sibuk berinternet. Sedangkan untuk kasus didalam negeri sendiri adalah seorang gadis usia 12 tahun kabur dari rumahnya selama 2 minggu, selama itu gadis tersebut mengaku tinggal disebuah warnet untuk memainkan game online (sumber: Media Indonesia).

      Dari contoh tersebut sudah terbukti jelas bahwa dengan kecanduan media social ataupun game online mampu membuat seseorang terlena dengan dunianya sendiri tanpa berusaha berkecimpung pada dunia real yang seharusnya dijalani. Pada kenyataannya interaksi social itu bisa saja dijalani lewat media social namun kita sebagai manusia tidak lepas dengan interaksi secara langsung atau secara fisik.

       Beberapa bentuk gejala kecanduan ditunjukkan dengan kurangnya tidur, kelelahan, nilai yang buruk, performa kerja yang menurun, lesu dan kurangnya fokus. Penderita juga cenderung kurang terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial. Penderita akan berbohong tentang berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk online dan juga tentang permasalahan-permasalahan yang mereka tunda karenanya. Dalam keadaan offline mereka menjadi pribadi yang lekas marah saat ada yang menanyakan berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk berinternet.

       Dr Ronald Pies, profesor psikiatri dari SUNY Upstate Medical University, New York, mengatakan “Kebanyakan dari orang-orang yang kecanduan internet adalah mereka yang mengalami depresi berat, kecemasan, atau orang yang tak bisa bersosialisasi sehingga mereka sulit untuk bertemu muka dengan orang lain secara langsung.” Dari hal tersebut maka diketahui bahwa kecenderungan kecanduan ini dimiliki oleh mereka yang memiliki gangguan dalam dunia nyata, sehingga internet merupakan salah satu media ‘pelarian’ mereka. Kita sudah seharusnya belajar menjadi penggunan atau user yang bijak dengan yang namanya media social. Bahwa media social hanyalah sebuah media untuk kita bukan suatu pakem atau hal yang membuat kita lupa dengan keadaan sekitar kita sehingga bisa menimbulkan sikap apatis terhadap sekitar kita.

        Ketidakmampuan seseorang dalam mengontol diri untuk terkoneksi dengan internet dan melakukan kegiatan bersamanya adalah cikal bakal dari lahirnya bentuk kecanduan ini, bahkan di Amerika Serikat sendiri telah berdiri panti rehabilitasi untuk menyembuhkan bentuk kecanduan khusus internet. kebiasaan yang tidak terkendali memang terkadang dapat menimbulkan petaka tersendiri bagi diri kita, dengan tidak bisa mengatur lamanya durasi berinternet, menghabiskan waktu dan menghancurkan semua tanggung jawab dalam kehidupannya.

        Internet bukanlah sebuah bencana, sebaliknya, jelas internet telah membantu proses pencerdasan bangsa, mengubah dunia menjadi sebuah kampung kecil, dimana jarak dan waktu tidak lagi menghambat penyebaran informasi. Komunikasi antar manusia, walau jauh jaraknya, kini dengan adanya berbagai jejaring sosial telah memudahkan interaksi. Internet telah menjadikan dunia penuh dengan kemajuan, di desa dan di pelosok terdalam sekalipun dapat mengikuti setiap detik perkembangan dunia, pemerataan informasi dan pengetahuan semakin dirasakan nyata. Maka dari itu balik lagi kepada diri kita, harus menjadi pengguna yang bijak karena segala sesuatu yang berlebih tidak baik dan sesuatu yang kurang juga tidak baik.

        Banyak sekali manfaat yang telah diberikan internet kepada manusia, banyak pengetahuan dan juga informasi disini yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan demikian maka kebijaksanaan seseorang untuk menggunakan teknologi itu sendiri yang harus terus dikembangkan, sehingga tujuan awal dari penciptaan teknologi yaitu guna mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup manusia dapat benar-benar terwujud dikemudian hari. Jadi sebagai manusia yang berintelektual kita harus bisa sebijak mungkin menggunakan Internet karena secara tidak langsung dari hal tersebut akan menimbulkan nilai baik atau pun nilai yang buruk.


PENGARUH NEGATIF INTERNET PADA PERKEMBANGAN REMAJA
          Beberapa ahli mengungkapkan dampak negatif dari pemaparan internet terhadap remaja sebagai berikut :
 1. Dampak pada perkembangan fisikInteraksi remaja dengan internet banyak mengurangi aktivitas gerak karena konsep dari internet adalah memudahkan kehidupan manusia sehingga akan banyak mengurangi dalam bergerak. Saat ini dalam beraktivitas para remaja sudah banyak menggunakan perantara internet.  Hal tersebut menyebabkan perkembangan fisik remaja yang terlalu dipapar oleh internet banyak mengalami physical decline. Contohnya problem visual seperti kelelahan mata, sakit kepala bahkan penglihatan kabur karena remaja lebih rentan daripada orang dewasa terhadap cahaya dan radiasi yang dipancarkan dari perangkat internet. Selain itu obesitas juga kasus yang sering terjadi akibat berkurangnya aktivitas fisik. Obesitas pada remaja dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan metabolismE yang akan menggiring terjadinya serangan jantung premature.
 2. Dampak pada perkembangan emosi dan sosialPada remaja, perkembangan emosi tidak lepas dari interaksinya dengan lingkungan sosial. Bila lingkungan sosial yang ada di sekeliling remaja berupa lingkungan sosial yang “virtual” dan tidak pada kenyataannya, maka perkembangan emosi remaja juga cenderung tidak adekuat karena umpan balik dari lingkungan virtual dapat diatur sesuai kehendak individu sedangkan umpanbalik dari lingkungan nyata belum tentu sesuai dengan kehendak individu.

        Sehingga individu harus mengembangkan keterampilan sosial dan emosi untuk mengatasinya.Saat ini telah dikembangkan berbagai jejaring sosial yang dapat mendukung terciptanya suatu lingkungan sosial “virtual”. 
Pada remaja, pengaruh negatif dari jejaring sosial ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :
a. Hilangnya privasi. Tidak seperti orang dewasa, remaja banyak yang cenderung mencantumkan identitas real dalam jejaring sosial yang mengakibatkan mereka dapat rentan terhadap hilangnya privasi dan kemungkinan abuse terhadap foto atau video yang kurang “appropriate” yang mereka posting didalam jejaring sosialnya.
b. Cyber-Bullying. Para remaja belum cukup matang untuk memahami dampak dari informasi yang dimunculkan dalam jejaring sosial sehingga banyak terjadi kasus perkelahian yang dimulai dari komentar atau status namun dianggap ejekan (bullying) melalui jejaring sosial.
c. Stranger-Danger. Para remaja sering masih kurang “aware” terhadap bahaya dari orang yang tak dikenal atau yang mengenal mereka namun memalsukan identitasnya dalam jejaring sosial.


       Kondisi ini dapat menyebabkan remaja mengembangkan perilaku moral yang tidak adekuat karena konsekuensi dari perilakunya sering tidak dirasakan secara langsung.
 a. Reduced Fear of Risk of Detection and Punishment
Interaksi melalui internet dapat dilakukan secara anonim atau dengan memalsukan identitas. Hal ini menyebabkan individu dapat menghindar dari hukuman atau tanggungjawab atas suatu perilaku yang dilakukannya.
  b. New Environment Means New Rules.
 Dunia maya melalui internet tampak seperti sebuah lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan nyata disekitar remaja. Oleh karena itu remaja sering beranggapan bahwa di dunia maya mereka boleh menerapkan aturan baru yang berbeda dengan aturan di dunia nyata yang sering bertentangan dengan dunia nyata seperti saling mengejek dan terkadang membuat lelucon yang tanpa disadari bisa menjadi suatu penghinaan terhadap remaja yang lain.
  c. Perceptions of Social Injustice and Corruption
Adanya internet menyebabkan individu yang merasa ketidakadilan merasa berhak untuk memberikan perlawanan melalui internet. Mulai dari perilaku menentang dengan mengemukakan pendapat, hacking sampai dengan membongkar secara umum hal-hal yang dianggap rahasia namun potensial menimbulkan ketidakadilan seperti kasus Wikileaks yang marak akhir-akhir ini. Oleh karena itu individu berpotensi untuk melakukan perlawanan yang dalam dunia nyata membutuhkan suatu aturan-aturan untuk mengemukakan ketidaksetujuannya.
 













Sumber yang dipakai:
http://ruangpsikologi.com/kesehatan/gangguan-kecanduan-internet/
http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Internet-addiction-disorder.html
http://www.psychologytoday.com/articles/199803/trapped-in-the-web
http://allpsych.com/journal/internetaddiction.html
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/09/04/11040257/kecanduan.internet.ikut.rehabilitasi.saja
http://www.mediaindonesia.com/data/pdf/pagi/2008-12/2008-12-24_17.pdf

Bullying Pada Sesama Remaja



BULLYING PADA REMAJA

Amanda Todd Curhat di Youtube Sebelum Meninggal

Amanda Todd (15 tahun) juga merupakan contoh paling menyedihkan tentang remaja yang menjadi korban bullying di sekolahnya. Dia merupakan siswi kelas 10 di SMA Port Coquitlam, British Columbia, Kanada. Selama bertahun-tahun, Amanda  di-bully teman-teman sekolahnya, baik secara langsung maupun via internet. Amanda bahkan sempat pindah sekolah untuk menghindari penindasan, namun mereka tetap saja menghina dirinya di media internet.

Tahun lalu, Amanda curhat mengenai penderitaannya dengan menggunggah video ke youtube. Dia menulis kata per kata pada selembar kertas sehingga membentuk cerita. Tak lama kemudian, ia pun nekat mengakhiri hidupnya pada 10 Oktober 2012. Sejak itu, video ini yang diunggahnya menyebar secara viral hingga akhir tahun.

Sama seperti beberapa negara bagian di Amerika Serikat, Pemerintah Kanada juga peduli terhadap kasus ini. Kematian Amanda tak sia-sia, sebab Pemerintah Kanada kemudian mengeluarkan UU soal cyber-bullying, agar tak muncul lagi peristiwa serupa. Pelaku, termasuk pelajar, tetap dikenai sanksi pidana yang berat. Carol Todd, ibu Amanda, bahkan membuat LSM bernama Amanda Todd Trust, yang siap membantu para korban bullying dan terus aktif melakukan kampanye anti-bullying.

Dari kasus  teman kita diatas, kita sudah bisa lihat dengan  jelas bahwa bullying itu amat sangat tidak baik dan bisa dikatakan berbahaya untuk mental seseorang.
Kita sebagai anak-anak Indonesia harus bisa mencegah yang namanya bullying karena Indonesia pun dikenal dengan solidaritas yang tinggi maka dari itu kita sebagai remaja Indonesia seharusnya bisa mencegah yang namanya Bullying sesama remaja.
Contoh sederhana dari yang awalnya mengejek atau menyidir teman kita itu merupakan secara tidak langsung bullying terhadap teman jadi please STOP BULLYING!!!
Nah sebelum membahas lebih jauh, ini ada beberapa informasi apa yang dimaksud dengan Bullying ;
Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Victorian Departement of Education and Early Chilhood Development mendefinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psikologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.


Bentuk-bentuk bullying antara lain seperti berikut :
  1. Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.
  2. Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.
  3. Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang lewat") atau (“eh ada anak broken home lewat nih”).
Bullying  bisa terjadi di tempat-tempat berikut ini :
  1. Terjadi pada pada situasi di mana pengawasan yang kurang dari orang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas, dan tempat bermain.
  2. Sering terjadi di tempat bermain daripada di kelas.
  3. Interaksi agresif (baik secara fisik maupun verbal) muncul setiap 24 menit di tempat bermain, sedangkan di dalam kelas kemunculannya sekali setiap 37 menit.
  4. Tempat bermain yang biasanya tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa, juga sulit dideteksi karena tingginya aktivitas bermain anak-anak di lapangan dan sering dikira sebagai salah satu bentuk permainan anak-anak misalnya permainan gulat.
  5. Di dalam kelas.
 Dampak bullying secara umum :
  •  Pelaku
  1. Bullying yang terjadi pada tingkat SD dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan pada jenjang pendidikan berikutnya.
  2. Pelaku cenderung berperilaku agresif dan terlibat dalam gank serta aktivitas kenakalan lainnya.
  3. Pelaku retan terlibat dalam kasus kriminal menginjak usia remaja.

  •  Korban

  1. Memiliki masalah emosi, akademik, dan perilaku jangka panjang.
  2. Cenderung memiliki harga diri yang rendah, lebih merasa tertekan, suka menyendiri, cemas, dan tidak aman.
  3. Bullying menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan sekolah seperti tidak suka terhadap sekolah, membolos, dan drop out.
  • Saksi 
  1. Mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan psikologis yang berat.
  2. Merasa terancam dan ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
  3. Dapat mengalami prestasi yang rendah di kelas karena perhatian masih terfokus pada bagaimana cara menghindari menjadi target bullying dari pada tugas akademik.
Apa saja yang dapat dilakukan oleh para guru untuk menangani kasus bullying di sekolah?
  1. Identifikasi perilaku bullying sejak dini.
  2. Fasilitas diskusi kelompok dengan siswa dan orang tua untuk membahas bullying.
  3. Capai konsensus bersama mengenai bullying dan waktu yang tepat untuk mengintervensi.
  4. Guru memberikan contoh bagi siswa untuk selalu berperilaku positif.
  5. Meningkatkan pengawasan terhadap siswa, terutama di tempat bermain.
  6. Memanajemen kelas dengan menciptakan iklim kelas yang bersahabat, pengaturan tempat duduk siswa, dan penggunaan media relaksasi di kelas.
  7. Membuat peratuan anti bullying di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama dengan siswa dan orang tua. Peraturan anti bullying mengenai perilaku yang pantas untuk ditunjukkan siswa di sekolah. Jumlah aturan tidak terlalu banyak dan dinyatakan dalam bentuk kalimat positif, misalnya "Perlakukan semua orang dengan baik dan hormat", "Usahakan agar semua orang merasa aman dan nyaman", serta "Tolong menolong adalah hal terpuji untuk dilakukan".

         Nah ada sedikit saran dan masukan  untuk anak-anak atau korban bullying ada baiknya bisa terbuka tentang masalah tersebut jangan takut dengan sebuah ancaman pem-bully karena dari keterbukaan kalian tentang kasus bullying maka akan semakin munculnya kasus tersebut sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu serta mencegah hal itu lagi.
Dan kebanyakan korban bullying menyimpan masalah tersebut atau menjadi tertutup karena mereka selalu berpikir “kalau nanti saya mengadu kepada guru,yang ada saya disebut pengecut” atau “saya bisa kok menyelesaikan masalah ini” dari contoh tersebut mungkin kelihatannya biasa sekali namun secara tidak langsung hal tersebut akan menimbulkan sebuah tekanan yang menekan psikis mereka sehingga membuat mereka masuk kedalam sebuah keputusasaan jika msalah tersebut malah membuat mereka menjadi semakin ketakutan dan mungkin saja bisa berujung dengan sikap nekat atau bunuh diri.

          Tidak hanya sikap terbuka saja namun faktor Pendidikan Agama itu sangatlah penting. Kepercayaan kita terhadap Tuhan bahwa setiap umat pastinya bisa menemukan jalan keluarnya sesuai dengan kemampuannya dan Tuhan akan selalu membantu umatnya yang sedang kesulitan dan Tuhan pun tidak tidur. Dan sekali lagi jika anak-anak sudah dibekali dengan Pendidikan Agama yang kuat serta bimbingan dari orang terdekat,kemungkinan anak tersebut mempunyai mental yang baik.

          Dan yang terakhir yaitu Peran Asuh Orang Tua. Bahwa kita bisa melihat perilaku anak mencerminkan sifat orangtuanya,maka dari itu peranan orangtua sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial atau Interaksi sang anak dan kebiasaan sang anak. Orangtua dituntut untuk lebih bijak dengan yang namanya Kekerasan, entah itu secara fisik maupun verbal. Orangtua seharusnya lebih berhati-hati dengan pergaulan sang anak, kadang ada sebuah kasus dimana anak dididik oleh oarngtuanya dirumah dengan baik namun karena pergaulannya dengan teman sebaya kurang baik sehingga nilai baik yang sudah ditanam oleh orangtuanya secara perlahan bisa tekikis dan perlu diingat bahwa remaja biasanya lebih terbuka dengan sekelompok temannya dibandingkan dengan orangtuanya. 
Remaja biasanya menghabiskan waktu mereka lebih banyak dengan teman sepermainan maka dari itu orang tua harus mampu berteman baik juga dengan teman-teman sang anak.
Mungkin hanya itu saja saran dan kritik dari saya semoga sharing ini bermanfaat dan kita sebagai remaja Indonesia harus menjadi remaja yang bijak dan remaja yang smart dalam bertingkah laku. Serta orangtua yang harus lebih berhati-hati dengan maraknya bullying.












Sumber :