1. Achmad Salman
2. Ayu Rosita
3. Citra Anggraeni A
4. Fani J
5. Sastia Juliana
6. Yenti Astuti
ANALISIS FILM MERAH PUTIH
Judul Film
: Merah Putih
Tahun
:2009
Sutradara :Yadi
Sugandi
Pemain
:Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana,
Rahayu Saraswati, Rudy Wowor, dan Astri Nurdin.
Film
Merah putih semi dokumenter yang menghabiskan biaya kira-kira Rp 60 miliar ini
bercerita tentang sekelompok pejuang kemerdekaan yang harus bersatu untuk
bertahan dari pembunuhan dan penjajahan. Berjuang sebagai pejuang gerilya,
untuk menjadi anak-anak bangsa yang sesungguhnya, terlepas dari konflik pribadi
dan perbedaan yang besar dalam kelas sosial, suku, daerah asal, agama, dan
kepribadian.
Film
ini didedikasikan untuk dua orang pahlawan Indonesia, yaitu Letnan Satu R.M.
Subianto Djojohadikusumo dan Kadet R.M Sujono Djojohadikusumo dan semua
pahlawan yang telah berjuang dan gugur untuk kemerdekaan Indonesia.
Film
ini menceritakan kisah 5 orang Pejuang Indonesia yang mempunyai latar belakang
yang berbeda. Amir seorang muslim yang mempunyai istri bernama Melati, Marius
seorang anak priyayi yang kaya raya, kemudian ada Surono yaitu teman Marius
yang masih memiliki seorang kakak perempuan bernama Senja, ada juga Thomas
seorang anak desa yang memeluk agama kristen dari Sulawesi yang ingin jadi perwira
karena keluarganya mati dibunuh oleh tentara-tentara Belanda, dan yang terakhir
adalah seorang pemeluk agama Hindu dari Bali yang bernama Dayat.
Kisah
dimulai dari pendaftaran masuk sebagai perwira. Setelah mereka semua diterima,
mereka tinggal di asrama dan harus bekerja keras, setiap hari berlatih,
berlatih, dan berlatih. Selama di asrama, Marius dan Thomas selalu ada konflik.
Dimulai dari kejadian menyembunyikan kalung salib Thomas sampai ditemukannya
botol minuman alkhohol milik Marius oleh anggota perwira tinggi. Kejadian ini
yang membuat semuanya menjadi bersatu.
Pada
malam sebelum beristirahat, tiba-tiba Kapten memanggil Surono dan Amir untuk
datang ke kantor.
Pada saat itu mereka berdua dinaikan pangkat oleh Kapten. Surono menjadi
Letnan satu dan Amir sebagai Letnan dua. Setelah menyelesaikan pendidikan di
asrama, mereka semua diijinkan untuk bertemu dan mencari pasangan dalam
bentuk acara berdansa dan jamuan makan malam .
Pertempuran
dimulai pada saat jamuan makan malam belangsung. Pada saat mereka sedang asyik
berpesta, tiba-tiba Belanda menyerang dengan melemparkan meriam-meriam ke arah tempat pesta
berlangsung,
banyak korban berjatuhan pada peristiwa tersebut. Pertempuran masih terus
berlangsung dan pada saat itu Kapten dan wakilnya pun gugur didalam
medan perang.
Kemudian Letnan Surono dan Letnan Amir berpencar menjadi 2 tim. Pada saat
itu Letnan Surono dan para perwiranya sedang bersembunyi dibawah gundukan
tanah, kemudian Dayat memberitahukan bahwa kakak dari Letnan Surono yang
bernama Senja masuk kedalam hutan lalu Letnan Surono tanpa berpikir panjang
langsung masuk ke dalam hutan.
Pada saat Letnan Surono mencari kakaknya, beliau melihat
temannya Marius yang sedang ketakutan sembari memegang senjata, Letnan Surono
bermaksud untuk membawanya pergi Perwira Marius yang dalam keadaan gemetar namun Letnan Surono terdorong oleh Marius dan
pada akhirnya beliau tertembak oleh pasukan Belanda dan meninggal dunia di dalam
medan perang tersebut. Dalam pertempuran yang memakan waktu
berhari-hari ini, ternyata yang tersisa hanya tiga orang Perwira dan satu
Letnan yaitu Letnan Amir.
Mereka
semua telah putus asa dan menganggap perang telah berakhir. Thomas, Dayat, Marius,
dan Letnan Amir tak tahu apa yang harus dilakukan. Empat orang melawan
banyaknya pasukan Belanda. Dengan semangat dan nasehat dari perwira Dayat,
kemudian mereka memiliki ide untuk membuat jebakan untuk orang-orang Belanda yang
akan pergi ke Lamongan Lor pada saat itu. Mereka berempat yang dibantu oleh
beberapa penduduk sekitar mereka berhasil membunuh para pasukan dan menahan
pemimpin kompeni (Belanda).
Cerita
berakhir disini. Indonesia yang terkenal dengan pantang menyerah dan tetap
berjuang akhirnya berhasil menaklukan Belanda sekaligus dapat mempertahankan
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Beberapa
nilai-nilai positif digambarkan dalam film ini sebagai cerminan bagi
penikmat film, seperti berjiwa pemimpin, solidaritas antar agama, cinta kepada
keluarga dan tanah air, berani mengambil keputusan yang bijaksana dan tidak
gegabah (penuh pertimbangan), ini terlihat pada adegan dimana saat pasukan
Indonesia yang berada dalam keadaan terjepit dan Belanda menyerang dengan tiba-tiba,
seorang Letnan mengambil keputusan untuk mundur demi menyusun rencana yang
lebih matang dalam perang esok hari, “kita mundur sekarang, kita mundur satu
langkah dan besok kita maju untuk bangsa”.
Film
ini bukanlah sebuah film fiksi semata tetapi film ini merupakan film semi
dokumenter yang dikutip dari kejadian yang menimpa Indonesia pada tahun 1947.
Diantara amanat-amanat yang terkandung dalama film ini, penulis mengambil
beberapa amanat diantaranya;
1.
Janganlah mengecewakan orang lain disaat ia memberikanmu sebuah kepercayaan.
2.
Janganlah terpancing oleh nafsu, kita harus bisa menahan amarah dan emosi.
3.
Gunakan emosi dan nafsu kepada hal yang lebih baik
4.
Selalu siap tempur dalam kondisi dan keadaan apapun.
5.
Taatlah beribadah sesuai agama yang telah kita yakini.
6.
Pengucut dan penghianatan adalah awal dari kemunduran.
7.
Pikiran, ucapan, hati, dan tekad yang kuat harus dimiliki oleh seorang
pemimpin.
Jika dikaitkan dengan teori kepemimpinan, Film Merah Putih mengandung arti
Kepemimpinan walaupun itu tersirat. Berdasarkan
teori yang menunjukan adanya gaya
Kepemimpinan yang dapat di analisis dari film Merah Putih
adalah Teori Sistem 4 dari Rensis Likert.
Likert (dalam O’Hair, Friedrich &Dixon, 2005,
p.152-153) menyatakan bahwa umumnya seorang pemimpin menggunakan empat gaya
komunikasi, yaitu :
1. System
I (Authoritarian)
Pemimpin System I ini bersifat task oriented, sangat
terstruktur, dan otoriter. Hubungan interpersonal tidaklah begitu penting.
Pemimpin System I memiliki tingkat kepercayaan yang sangat kecil terhadap
bawahannya dan tidak melibatkan mereka di dalam pengambilan keputusan. Bawahan
bekerja dengan iklim yang terintimidasi dan rasa takut. Komunikasi hanya
berjalan dari atasan ke bawahan saja mengikuti rantai kepemerintahan.
2. System II (Controlling)
Pemimpin System II
bersifat task oriented, namun juga mengontrol organisasi atau unit di dalamnya,
bersifat sedikit otoriter. Pemimpin merendahkan bawahan dan walaupun tidak
terlalu ketat, ia juga memiliki ketidakpercayaan kepada bawahannya. Bawahan
memiliki izin untuk berpendapat pada saat pengambilan keputusan, namun
permasalahan organisasi diselesaikan seluruhnya oleh jajaran atas perusahan.
Meskipun sebagian besar arus komunikasinya dari atasan kepada bawahan, tetapi
beberapa interaksi masih terlihat langsung antara jajaran atas perusahaan dan
jajaran bawah perusahaan.
3.
System III (Collaborative)
Pemimpin System III secara terbuka menempatkan
keyakinan dan kepercayaan kepada bawahannya. Seorang atasan mengontrol bawahan
melalui negosiasi dan kolaborasi. Bawahan memiliki hak untuk berpendapat dalam
proses pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut persoalan kerja mereka.
Arus komunikasi mengalir secara relatif dua arah, yaitu dari atasan kepada bawahan
dan dari bawahan kepada atasan dalam hierarki organisasi.
4.
System IV (Nurturing)
Pemimpin System IV berkonsentrasi pada hubungan baik
dengan atasan sekaligus bawahan mereka. Mereka memelihara keyakinan dan
kepercayaan kepada bawahannya serta memberi mereka motivasi dan semangat dalam
proses pengambilan keputusan di seluruh jajaran perusahaan. Pemimpin System IV
tidak menggunakan rasa takut, intimidasi, dan ancaman. Motivasi para pekerja
dihasilkan dari partisipasi mereka dalam mencapai target organisasi. Proses
pertukaran pesan yang terjadi di dalamnya bersifat bebas dan sangat terbuka
baik dari atasan , bawahan, juga keduanya.
Dari beberapa bagian teori Kepeminpinan tersebut, yang masuk
dalam gaya Kepemimpinan yang di ambil dari film Merah Putih yaitu Teori 4
sistem dari Likert dan yang dapat dikaitkan kedalam film tersebut sistem tiga
dan sistem empat.
Bila dikaitkan dengan sistem III (Collaborative) dengan
bagian dari film tersebut adalah ketika Letnan Amir mengambil perintah karena
Kapten dan wakilnya meninggal didalam perang. Letnan Amir memerintahkan Perwira
Dayat untuk memberitahukan untuk mengungsi ke daerah timur desa karena Belanda
akan menyerang ke desa tersebut. Kemudian Perwira Dayat mematuhi perintah dari
atasannya dan sebelumnya Perwira Dayat menanyakan kembali bagaimana nantinya
keadaan atasannya ketika di biarkan sendiri melawan Belanda, namun Letnan Amir
meyakinkan bahwa ia mampu menghadapinya sendiri dengan taktiknya.
Kemudian bila dikaitkan dengan teori 4 sistem dari Likert
, di bagian sistem IV (Nurturing) dengan bagian dari film Merah Putih adalah
ketika para Perwira mulai putus asa karena jumlah prajurit semakin menipis dan
tidak percaya diri kalau nantinya mampu menghadapi Belanda dengan jumlah
sedikit. Namun Letnan Amir memberi nasehat, bahwa sekiranya kita harus berusaha
dan berusaha mencari bantuan dari pemuda-pemuda desa agar melawan Koloni
Belanda yang akan melewati daerah Lamongan. Dengan hal tersebut Letnan Amir
memberikan motivasi kepada bawahannya sehingga terciptanya strategi untuk
melawan belanda walaupun dengan menggunakan senjata seadanya dan Letnan Amir
dan para Perwiranya mampu mengalahkan Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar