STRESS
Stress berasal dari sebuah kata latin
“stringere” yang berarti ketegangan, dan tekanan. Definisi stres dengan hanya
melihat dari stimulus yang dialami seseorang, memiliki keterbatasan karena
tidak memperhatikan adanya perbedaan individual yang mempengaruhi asumsi
mengenai stresor. Sedangkan jika stres didefinisikan dari respon, maka tidak
ada cara yang sistematis untuk mengenali mana yang akan jadi stresor dan mana
yang tidak. Untuk mengenalinya, perlu dilihat terlebih dahulu reaksi yang terjadi.
Selain itu, banyak respon dapat mengindikasikan stres psikologis yang padahal
sebenarnya bukan merupakan stres psikologis. Dari penjelasan tersebut, terlihat
bahwa respon tidak dapat secara reliabel dinilai sebagai reaksi stres
psikologis tanpa adanya referensi dari stimulus (Lazarus & Folkman, 1984).
Singkatnya, semua pendekatan stimulus-respon mengacu pada pertanyaan krusial mengenai stimulus yang menghasilkan respon stres tertentu dan respon yang mengindikasikan stresor tertentu. Yang mendefinisikan stres adalah hubungan stimulus-respon yang diobservasi, bukan stimulus atau respon. Stimulus merupakan suatu stresor bila stimulus tersebut menghasilkan respon yang penuh tekanan, dan respon dikatakan penuh tekanan bila respon tersebut dihasilkan oleh tuntutan, deraan, ancaman atau beban. Oleh karena itu, stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus & Folkman, 1984).
Singkatnya, semua pendekatan stimulus-respon mengacu pada pertanyaan krusial mengenai stimulus yang menghasilkan respon stres tertentu dan respon yang mengindikasikan stresor tertentu. Yang mendefinisikan stres adalah hubungan stimulus-respon yang diobservasi, bukan stimulus atau respon. Stimulus merupakan suatu stresor bila stimulus tersebut menghasilkan respon yang penuh tekanan, dan respon dikatakan penuh tekanan bila respon tersebut dihasilkan oleh tuntutan, deraan, ancaman atau beban. Oleh karena itu, stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya (Lazarus & Folkman, 1984).
Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana
reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam.ia menyebutkan reaksi
tersebut sebagai fight-or-fight response karena rspon fisiologis mempersiapkan
individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight
response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat tergadap situasi yang
mengancam.akan tetapi bila orausal yang tinggi terus-menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan induvidu.
Selye mempelajari
akibat yang diperoleh bila stressor terus-menerus muncul.ia mengembangkan
istilah General Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan
reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
1. Fase reaksi yang
mengejutkan (alram reaction)
Pada
fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti
jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi
nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.
2. Fase perlawanan
(stage of resistence)
Pada
fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress,sebab pada tingkat
tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat mengalami disfungsi,bila stress
dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan tersebut,tubuh harus cukup
tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3. Fase Keletihan (
stage of Exhaustion)
Fase
disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.akibat yang parah bila
seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapt menyerang
bagian-bagian tubuh yang lemah.
Tipe-tipe Stres
Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
·
Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu
hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang
mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan
tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui
sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan
lain-lain.
·
Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang
berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya.
Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict,
approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
·
Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga
menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri
individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan
yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan
semua kemauannya, dan lain-lain.
·
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan
kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak
terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya
seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan
kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya
marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.
Symptom-Reducing
Responses terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu
yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia
rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri
masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala
stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism)
yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Indentifikasi
Identifikasi
adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
2. Kompensasi
Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan
kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang
Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/
reaction formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi
adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam
menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif.
Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan
derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi
petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi
adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada
objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi
adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat
mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan
belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi
pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah
konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan
ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang
karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya
tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu
menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak
mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan
berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah
mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya
seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah
mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia
menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang
digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah
apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang
lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik
orang lain
Bentuk
pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku
ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan
yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat
berlangsung.
Coping strategy
koping yang
digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang
dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa
relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok
dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut
tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut
akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan
prestasi.
Ada beberapa teknik
terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedbackn adalah
suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian
belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup
rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap
bagian tubuh tertentu.Biofeedback kurang efektif untuk digunakan
secara praktis.
Untuk mengatasi stres
minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur.
Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi
juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks,
seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami
stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga
memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira
menjadi lebih tenang.
Namun dari semua
strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh
untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi
positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga
merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam
hidupnya.
Strategi koping yang
berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:
1. Peningkatan
kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang
melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
2.
Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi
sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan
informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3. Pengubahan
perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang
dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
4.
Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.
Pendekatan problem solving terhadap
stress dan Bagaimana meningkatkan toleransi stress
a. Pendekatan problem solving terhadap stress
Pemecahan masalah terhadap stress
ada banyak caranya, ada bisa dengan kemampuan sendiri maupun dukungan dari
lingkungan. Seseorang yang memiliki tingkat kematang emosial yang bagus maka
dia seharusnya bisa lebih mudah dalam memecahkan suatu permasalahan yang
mungkin akan mengakibatkan stress. Di bantu juga dengan pendekatan spiritual
kepada Tuhan YME, agar selalu di carikan jalan keluar yang terbaik.
Jika dari
Lingkungan, peran orang tua dan sahabat sangat diperlukan agar kita bisa
terhindar dari stress. Kita bisa curhat mengenai permasalahan yang sedang kita
hadapi.
b.
Meningkatkan Toleransi Stress
Caranya, apabila kita sedang Stress,
yakinlah bahwa Masalah itu akan bisa di atasi, denagn cara kita memberi sugesti
pada diri sendiri dan hadapi masalah itu, bukan di hindari.
Daftar
pustaka :
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan
Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K.
2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Anonim. 1999. Manajemen
stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar