ALIRAN
HUMANISTIK
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an
sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara
eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks
manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Permasalah ini dirangkum
dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai
berikut:
1. Manusia tidak bisa
direduksi menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks
yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia
menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai
pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat
intensional, mereka mencari makna, nilai dan memiliki kreativitas.
Pendekatan humanistik ini
mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti
Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Humanistik mengatakan bahwa
manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati dan pada dasarnya
aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian
boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagianbagian dari jiwa manusia,
namun dalam penyimpulanya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh.
Pandangan seperti
ini adalah pandangan yang
holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang
tinggi terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya
dan dari sudut kemanusiaanya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki
topik-topik yang tidak dimasuki oleh
aliran behaviorisme dan
psikoanalisis, seperti cinta, kreatifitas,pertumbuhan, aktualisasi diri,
kebutuhan, rasa humor, makna,kebencian, agresivitas, kemandirian, tanggung
jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik. Humanisme
menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat
dan nilai kemanusiaan untuk
menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan
keputusasaan pandangan psikoanalistik dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme.
Humanisme yakin bahwa
manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat dan kreatif,
dan jika orang mau menerima tanggungjawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari
potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan
tekanan sosial lainnya.
Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal
berikut :
1. Holisme
Holisme mengaskan bahwa
organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai
rangkaian bagian / komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah
tetapi bagian dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi dibagian ssatu akan
mempengaruhi bagian lain. Hukum yang berlaku umum mengatur fungsi setiap
bagian. Hukum inilah yang mestinya ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya
tiap komponen. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
• Kepribadian
normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity,
integration, consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal
dan disorganisasi berarti patologik.
• Organisme
dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang
dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak
terdapat dalam bagian-bagian.
• Organisme
memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni aktualisasi diri (self
actualization). Orang berjuang tanpa henti (continuous) untuk
merealisasikan potensi inheren yang dimilikinya pada ranah maupun yang terbuka
baginya.
• Pengaruh
lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi
organisme, jika terkuak di lingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian
yang sehat dan integral.
• Penelitian
yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian
ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.
2. Menolak Riset Binatang
Psikologi Humanistik
menekankan perbedaan tingkah laku manusia dengan tingkah laku binatang. Riset
binatang memandang manusia sebagai mesin dan mata rantai reflekskondisioning,mengabaikan
karakteristik manusia yang unik
seperti idea, nilai-nilai,
keberanian, cinta, humor, cemburu,dosa, serta puisi, musik ilmu, dan hasil
kerja berfikir lainnya.
3. Manusia Pada Dasarnya
baik
Manusia mempunyai struktur
psikologis yang analog dengan struktur fisik : mereka memiliki “ kebutuhan,
kemampuan, dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik : “beberapa sifat menjadi
ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi cirri unik individual.
Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik,
atau paling tidak sesuatu yang netral. Pandangan Maslow menjadi pembaharuan terhadap
pakar yang menganggap kebutuhan dan tendensi manusia iitu buruk atau antisosial
(misalnya, apa yang disebut dosa warisan oleh ahli agama dan konsep id
dari Freud). Sifat setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari
frustrasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari
hereditas. Manusia mempunyai struktur yang potensial untuk berkembang positif.
4. Potensi Kreatif
Kreativitas merupakan ciri
universal manusia, sejak dilahirkan. Ini adalah sifat alami, sama dengan sifat
biji yang menumbuhkan daun, burung yang terbang, maka manusia mempunyai sifat
alami untuk menjadi kreatif. Kreativitas adalah
potensi semua orang, ya ng
tidak memerlukan bakat dan kemampuan yang khusus. Sayangnya, umumnya orang
justru kehilangan kreativitas ini karena proses pembudayaan (enculturated).
Termasuk di dalamnya pendidikan formal, yang memasung kreativitas dengan
menuntut keseragaman berfikir kepada semua siswanya. Hanya sedikit orang yang
kemudian menemukan kembali potensi kreatif yan segar, naif, dan langsung, dalam
memandang segala sesuatu.
5. Menekankan Kesehatan
Psikologik
Pendekatan humanistik
mengarahkan perhatiannya kepada manusia sehat, kreatif dan mampu
mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya memusatkan analisisnya kepada
tema pokok kehidupan manusia, yakni aktualisasi diri. Maslow
mengungkapkan psikopatologi
umumnya hasil dari penolakan, frustrasi, atau penyimpangan dari hakekat alami
seseorang.
Humanistik tidak jelas
kaitannya dengan ekologi psikologi. Pada satu sisi, Humanistik tempat yang
paling berkuasa atas nilai potensial untuk pengembangan individu. Ini
nilai-nilai pengalaman manusia dan kemampuan manusia untuk melampaui pikiran dengan
lingkungan sekitarnya, dengan cara yang kreatif. Jadi dalam hal Humanistik
untuk manusia dan pengalaman. Humanistik adalah ilmu manusia untuk menangkap
pengalaman dalam semua
keindahan yang subjektif.
Ini yang menyebabkan sebuah penekanan atas berbagai metode fenomenologi yang
bertujuan untuk mendapatkan semaksimal mungkin jati diri manusia. Pada sisi
lainya, ekologi psikologi dengan kontras menunjukkan pemisahan manusia dari
tanaman, binatang dan materi dunia
sebagai buatan yang
menyesatkan dan tidak bijaksana. Ekologi melihat, yang paling universal dan
paling tinggi nilai simbol dan gambar dari pikiran manusia berasal dari
kapasitas untuk memungut dalam ukuran kecil yang sungguh-sungguh untuk menopang
semesta dan kita masuk di dalamnya. Jika ini adalah
pernyataan simbolis yang
penting dari aspek pemenuhan manusia, maka kita perlu mempertimbangkan sebuah
“ekologi diri” yang merangkum semua bentuk kehidupan dan perasaan kesatuan.
Saat ini rasa kuatir,
depresi, bingung dan kesepian pada individu yang mencari beberapa penjelasan
untuk rasa isolasi dan kesedihan mereka. Kontemporer kerja, dengan penekanan
pada gencarnya pembangunan teknologi, persaingan tajam dan individualisme telah
membuat korban tak terhitung. Mereka hadir
dari hilangnya eksistensial
karena keprihatinan yang dramatis atas racun di lingkungan pekerjaan. Secara
tradisional, orang-orang ini telah dirawat dengan baik namun belum cukup.
Melalui hubungan yang saling menerima dan melalui upaya bersama antara antara klien
dan terapis dalam menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk pencapaian
keseimbangan antara berbagai
pengalaman dan perasaan
yang sesungguhnya terjadi pada diri klien. Karena dengan ini maka terwujud
prosedur terapi yang memandang manusia sebagai suatu kesatuan dan eksistensial
diri. Jadi pemahaman tentang manusia dalam psikologi humanistic berdasarkan
kepada keyakinan bahwa nilai-nilai etika merupakan daya psikologi yang kuat dan
ia merupakan penentu asas kelakuan
manusia. Keyakinan ini membawa
kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti pilihan, kreativitas,
interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas
Psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah sistem pemikiran yang
berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang dipercayai
terbaik bagi manusia. Sehingga terwujudlah satu nilai yang baru sebagai
pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia secara holistik.
Perbedaan Antara Aliran Psikoanalisa, Behavioristik dan Humanistik
v Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan cabang ilmu psikologi
yang dikembangkan dan ditemukan oleh Sigmund Freud sebagai studi fungsi dan
perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud merupakan yang pertama kali
menemukan Id,Ego dan Superego pada manusia.
Aliran psikoanalisa melihat manusia
dari sisi negatif, bahwa kehidupan manusia dikuasai oleh alam ketiksadaran
yakni alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini
mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya
ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya
memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari
kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat
manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan
biologis dan konflik masa kanak-kanak.
v Behavioristik
Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir
sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara
tentang
alam
bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak
saja yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang
pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat
apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan
manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik
v Humanistik
Dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme
yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli
psikologi aliran ini mendirikan sebuah asosiasi professional yang berupaya mengkaji
secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri),
aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
individualitas dan sejenisnya.
Salah satu tokoh aliran ini, Abraham
Maslow. Abraham
Maslaw juga dikenal sebagai “ Bapak spiritual” psikologi humanistik, bagi
maslaw manusia dengan potensinya akan mampu mengembangkan bakat dan
kemampuannya, pengembangan potensi dan aktualisasi diri dilakukan dengan cara
mengalami kehidupan secara sistimatis, mulai yang terendah hingga yang
tertinggi.
Adapun tokoh-tokoh psikologi humanisme
selain Maslaw dan Roger adalah:
1.
William James.
2.
G. Stanly Hall.
3.
John Cohen.
4.
Albert wellek.
5.
F. T. Severin.
Gordon Willard Allport (Perkembangan Propium)
A. Latar Belakang Tokoh
Gordon Willard Allport lahir pada 11
November 1897 di Montezuma, Indiana. Dia adalah anak bungsu dari empat
bersaudara. Ibunya, Nellie Wise Allport
adalah seorang guru dan ayahnya, Jhon E. Allport adalah seorang
pengusaha yang kemudian memutuskan untuk menjadi seorang dokter. Ibu Allport
sangat taat terhadap agamanya sehingga ajaran tersebut diterapkan terhadap kehidupan rumah tangganya. Oleh
karena itu, Allport menghabiskan masa kecil yang dipenuhi perjuangan untuk
mendapat perhatian dari beberapa teman yang dimilikinya, karena dia jarang diijinkan
bermain dengan saudaranya yang rentang usianya terpaut jauh dengannya. Allport
mengaku pada dasarnya dia bukanlah orang yang memiliki antusiasme dan rasa
ingin tahu yang tinggi, Allport sangat tergantung pada orang lain dan kurang
memiliki inspirasi. Namun dia memiliki kemampuan yang baik dengan kata-kata,
meskipun dia tidak terbilang mahir dalam bidang olahraga.
Pada
tahun 1915, Allport lulus dengan peringkat kedua di kelasnya dan mendapatkan
beasiswa di Univertsitas Harvard. Setelah mendapatkan A.B. Sarjana Filsafat dan Ekonomi dari
Harvard pada tahun 1919, Allport melakukan perjalanan ke Istanbul, Turki untuk
mengajar filsafat dan ekonomi. Setelah satu tahun mengajar, ia kembali ke
Harvard untuk menyelesaikan studinya. Allport meraih gelar Ph.D. Psikologi pada
tahun 1922.
Dalam sebuah esai
berjudul ‘Pattern and Growth
in Personality’, Gordon Allport
menceritakan pengalamannya bertemu Psikiater Sigmund Freud. Saat menemui Freud pertama kalinya,
Allport disambut oleh keheningan. Freud tidak menyapa dan tidak berbicara
sepatah kata pun, sampai akhirnya Allport membuka pembicaraan dengan
menceritakan apa yang dilihatnya dalam perjalanan menuju kediaman Freud. “Aku melihat seorang anak kecil di angkutan
umum yang sangat takut badannya menjadi kotor, dia berganti-ganti tempat duduk,
bahkan meminta pada ibunya jangan mengijinkan orang yang badannya kotor untuk
duduk di sebelahnya”. Freud balik bertanya “Apakah anak kecil itu kamu ?”. Peristiwa ini benar-benar tidak
terlupakan oleh Allport, yang membuatnya yakin bahwa sudah saatnya ilmu psikologi
tidak lagi hanya menekuni terlalu dalam dengan pengalaman masa lampau (alam
bawah sadar), tapi mulai mengeksplorasi alam kesadaran dan motivasi-motivasi
yang ada di dalamnya.
B. Definisi Kepribadian
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif
terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri
sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari
teorinya, yaitu” gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan
menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan
salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori
Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi
yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang
neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun
dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam
teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita
ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam teori Allport
juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak
melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh
Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
Perkembangan
Proprium
Allport mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego
yang telah dijelaskan disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian.
Fungsi-fungsi ini termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri,
perluasan diri, rasa keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha
proprium, gaya kognitif dan fungsi mengenal. Semuanya merupakan bagian yang
sebenarnya dan vital dari kepribadian. Fungsi-fungsi tersebut sama-sama
memiliki suatu arti fenomenal dan “makna penting”. Fungsi-fungsi itu bersama
disebut sebagai proprium. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan
berkembang karena usia.
Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium
atau ke-diri-sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul,
yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan
harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya
muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri.
Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri
sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama
masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan
cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium.
Dengan penjelasan seperti dia atas, Allport ingin
menghindari pendapat yang mengundang pertanyaan dari banyak teoritikus yang
menyatakan bahwa diri atau ego itu serupa manusia mikro (homunculus)
atau “manusia yang berada di dalam dada” yang melakukan tugas
mengorganisasikan, memegang kendali dan menjalankan sistem kepribadian. Ia
mengakui pentingnya semua fungsi psikologis yang bersumber pada diri dan ego,
namun ia berusaha keras menghindari teori yang memandang diri dan ego sebagai
pelaku atau penggerak kepribadian. Bagi allport, diri dan ego dapat digunakan
sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam seluruh
bidang kepribadian.
Ciri-Ciri
Kepribadian yang Matang Menurut Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah
lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras
yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai
berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam
jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain
beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan
kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan
hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang).
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi
berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal: mengolah dorongan
seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek,
dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian
dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi berbagai persoalan tanpa panik,
mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan
memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa
tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada
keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua
yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya.
Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang
melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
C.
Struktur Kepribadian
Traits adalah kunci dalam mendefinisikan strukur kepribadian
menurut Allport.. Allport berpendapat bahwa pengertian-pengertian kebiasaan,
traits, sikap, diri (self) dan kepribadian itu masing-masing bermanfaat dan
berbeda satu sama lain. Allport menekankan pada trait, di mana ia menyatakan
bahwa intensi itu berbeda dari attitude. eori-teori Allport kemudian dinamakan “trait psychology”.
Di sisi lain, tanggapan Allport mengenai temperamen juga
berbeda dan mendetail. Bagi Allport temperamen adalah konstitusi kejiwaan atau
bagian dari jiwa yang melalui darah dan memiliki hubungan dengan jasmaniah /
biologis dan bersifat hereditas, termasuk juga mudah tidaknya terkena rangsangan
emosi, kekuatan serta kecepatan bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya,
segala cara daripada fluktuasi dan intensitat suasana hati; gejala ini
tergantung kepada faktor konstitusional.
Pada akhirnya, kontribusi terbesar Allport adalah teorinya
mengenai Trait. Ia mengklasifikasikan beberapa trait, dan merevisinya menurut
perkembangan teorinya sendiri. Dia berhasil membedakan antara trait sebagai hal
yang dimiliki setiap induvidu sebagai identitas dan attitude yang dimiliki
setiap individu. Sumbangsih terbesar Allport adalah pengembangan dan penarikan
perhatian psikolog pada kepribadian terutama dari perspektif bagaimana individu
memandang dirinya sendiri.
1. TRAITS (PERSONALITY TRAITS)
Traits menurut teori Allport adalah proses
mental/neuropsikis yang berkapasitas dan mampu mengarahakan stimulus yang akan
menghasilkan perilaku yang adaptif atau ekspresif.
1. Karakter Traits
Menurut Allport ada beberapa karakteristik traits:
· nyata dan benar-benar ada di setiap
individu, bukan hanya sekadar label dan sebutan (claim)
·
menjadi kausal
(sebab) dari suatu perilaku yang biasanya terjadi
·
empiris (bisa di
identifikasi indra)
·
masing masing salaing
berkorelasi
·
fleksibel dan berubah
sesuai situasi(versatilitas)
2. Individual Traits dan Common Traits
Berdasarkan teorinya mengenai distifikasi antara Trait dan
Attitude, Allport kemudian mengklasifikasikan traits dalam 2 bentuk :
Individual
Traits
: keunikan pada
seseorang dan menunjukkan karakter mereka.
Common
Traits
: perilaku yang
dilakukan oleh sejumlah manusia, misalnya sebagai bagian dari budaya.
3. Personal Dispositions
Allport merevisi beberapa teori sebelumnya (dalam terminologi)
. personal dispositions artinya dimana perilaku tidak memiliki intensitas dan
signifikansi yang sama.
·
Cardinal traits adalah sifat yang berperan besar dalam kehidupan dan trait
yang kuat
·
Central traits adalah sifat yang lebih umum dan khas yang menonjol dari
perilaku manusia itu sendiri.
·
Secondary traits adalah sifat yang lebih spesifik dan tidak terlalu
mendeskripsikan kepribadian. Sifat ini berfungsi lebih terbatas, khusus pada
respons yang didasarnya serta perangsang tertentu dan tidak konsisten.
Habit
(kebiasaan)
adalah respon yang tidak fleksibel dan spesifik terhadap suatu stimuli,
bisa bergabung/dikombinasikan dengan trait lain.
Attitudes (sikap) adalah makna yang
hampir sama dengan traits, kecuali bahwa attitudes memiliki objek tertentu yang
lebih spesifik, dan melibatkan pertimbangan dan evaluasi baik positif maupun
negatif (baik mendukung atau menolak).
Perbedaan antara
sifat (trait) dan sikap (Attitude) termasuk sulit dalam teori Allport.
kedua-duanya itu adalah respons dan memiliki kekhasan, selain itu keduanya juga
dapat memulai atau membimbing tingkah laku hal ini juga diperngaruhi hasil dari
faktor genetis-genetis dan belajar. Namun kalau diteliti terdapat perbedaan antara kedua hal
tersebut.
SIKAP (ATTITUDE)
|
SIFAT (TRAIT)
|
-berhubungan dengan suatu objek
-cenderung berlingkup kecil
-dapat berbeda-beda dari yang khusus ke lebih umum
-biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak)
|
-tidak berhubungan dengan suatu objek
-sifat yang hampir selalu besar dan ruang lingkup yang
luas
-selalu bersifat umum
-tidak memeberikan penilaian
|
2. INTENSI
Penyelidikan
mengenai intensi atau keinginan individu mengenai masa depan lebih penting
daripada kejadian di masa lalu (Allport). Istilah intensi menurut Allport
meliputi beberapa pengertian:
·
harapan-harapan
·
keinginan-keinginan
·
ambisi
·
cita-cita
·
niat untuk melakukan sesuatu.
Dalam hal inilah
terlihat jelas perbedaan Allport dengan lain-lain ahli teori kepribadian dewasa
ini. Teori Allport menunjukkan, bahwa apa yang akan dicoba dilakukan oleh
seseorang merupakan kunci dan hal terpenting bagi apa yang dikerjakannya
sekarang. Jadi kalau dewasa ini, banyak ahli yang mengutamakan masa lampau,
maka pendapat Allport itu mirip sekali dengan pendapat Adler dan Jung; walaupun
tidak ada alasan untuk mengatakan adanya pengaruh dari mereka ini.
3. TYPE
Allport
membedakan antara sifat dan type. Menurut Allport, orang dapat memiliki
suatu sifa, tetapi tidak dapat memiliki sesuatu type. Type adalah konstruksi
ideal si pengamat, dan seseorang dapat disesuaikan dengan type itu tetapi
dengan konsekuensi diabaikan sifat-sifat khas individuilnya. Sifat dapat mencerminkan sifat khas
pribadi sedangkan type lebih menyembunyikannya. Jadi bagi Allport, type
menunjukkan perbedaan-perbedaan buatan yang tidak begitu cocok dengan kenyataan, sedangkan
sifat adalah refleksi sebenarnya daripada yang sebenar-benar ada.
4. PROPARIUM
Proprium adalah istilah yang diciptakan
Allport yang mengindikasikan semua fungsi self atau ego. Hal ini juga
disebut fungsi proprium (propriate function) daripada kepribadian. Fungsi
tersebut adalah kesadaran jasmani, self identity, self-esteem, self extention,
rational thinking, self image, propriate stiving, dan fungsi mengenal. Semua
itu bagian-bagian yang vital daripada kepribadian. Proprium tidak dibawa sejak
lahir tetapi berkembang didalam perkembangan individu. Allport
menggunakan kata proprium daripada self karena lebih mudah dipahami sebagai
sifat atau fungsi kepribadian secara umum.
Ada tujuh aspek dalam
perkembangan proporium :
1.
Bodily Self : tahap 1-3.Pada 3 tahun
pertama, bayi menjadi lebih peduli terhadap
keberadaan dirinya dan membedakan tubuhnya dari objek-objek yang ada
disekitarnya.
2.
Self Identity : anak-anak membuktikan
dan menemukan identitas mereka tetap terlepas dari perubahan di lingkungan
mereka.
3.
Self-esteem : anak-anak mulai bangga
pada prestasi (pencapaian) yang mereka raih.
4.
Extension of self : tahap ke 4-5.
umur 4 sampai 6 tahun. Pada masa ini anak mengakui objek-objek yang ada di
sekitarnya dan orang-orang disekitar lingkungan mereka.
5.
Self-image : anak-anak mengembangkan
gambaran aktual dan idealis dalam diri mereka dan perilaku mereka serta menjadi
lebih peduli terhadap kepuasan (atau ketidakpuasan) terhadap harapan Orangtua.
6.
Self as a rational coper : tahap 6.
Umur 6-12 tahun, anak-anak mulai mengapli-kasikan alasan dan pengetahuan untuk
mencapai solusi terhadap masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
7.
Propriate striving : tahap 7. pada
masa remaja awal (sebelum teenage) mulai membentuk tujuan jangka panjang
dan rencana.
D. Dinamika atau Proses Kepribadian
Allport menekankan bahwa pengaruh keberadaan seseorang pada
masa sekarang tidak hanya ada di dalam teori kepribadiannya tetapi juga ada
dalam pandangan motivasinya. Dia juga menegaskan bahwa kehidupan masa lalu atau
masa lampau tidak lagi dapat menjelaskan perilaku seseorang kedepannya, kecuali
hanya sebagai motivasi saja. Sehingga allport hanya terfokus kepada kehidupan
individu di masa depan ketimbang dimasa lalu.
Allport menentang teory Freud yang terfokus pada alam bawah
sadar seseorang. Menurut Allport proses kognitif seseorang juga memiliki peran
penting, yang mana suatu rencana dan tujuan seseorang dibuat secara sadar.
Sehingga ia menyimpulkan bahwa kehidupan di masa lalu tidak ada hubungan dan
sangkutpautnya dengan kehidupan mendatang dari tiap individu, kehidupan masa
lalu itu hanya sebagai motivasi atau dukungan kearah yang lebih baik.
Kemudian Allport juga menjelaskan proses dari kepribadian
itu dalam sebuah konsepnya, “functional
autonomy”. Konsep ini menjelaskan bahwa motif kematangan, kesehatan
emosional seseorang tidak terhubung secara fungsional kepada pengalamannya di
masa lalu sejak ia lahir. Dari konsep tersebut dapat diketahui bahwa allport
berpendapat bahwa motivasi dari tiap individu itu bersifat independent dan
tidak terikat atau terhubung dengan hal yang lainnya.
Konsep ini terdiri atas dua level fungsi otonom, yaitu Perseverative functional autonomy dan
Propriate functional autonomy.
·
Perseverative functional autonomy merupakan level yang dasar, berkaitan
dengan perilaku seseorang yang sudah menjadi kegiatan rutin, seperti kecanduan
atau tindakan fisik yang berulang. Contohnya : perokok.
·
Propriate functional autonomy merupakan level yang lebih penting
ketimbang level Perseverative functional autonomy dan penting untuk
pemahaman motivasi dewasa dihubungan
pada nilai-nilai, self-image, dan gaya hidup.
Selain
itu, terdapat tiga prinsip pada level propriate functional autonomy, yaitu:
1.
Organizing the energy level, menjelaskan bagaimana kita memperoleh motif baru
2.
Mastery and competence, mengacu pada level yang mana akan kita pilih
untuk memuaskan motif
3.
Propriate patterning, menjelaskan perjuang
(usaha) terhadap konsistensi dan integrasi kepribadian
E. Perkembangan Kepribadian
Menurut Allport perkembangan kepribadian manusia akan selalu
berubah-ubah seiring berjalannya waktu.
3 Fase
perkembangan Allport :
- Anak-anak
- transformasi anak – anak
- masa dewasa
1.
Masa Anak – Anak
Masa ini dimulai dari masa neonatus
yang menjadi awal perkembangan dari kepribadian anak. Pada masa perkembangan
ini anak mulai bisa melakukan gerakan refleks yang belum bisa dibedakan.
Ekspresi emosi anak pada masa ini cenderung monoton dan akan mengalami
perkembangan sesuai dengan masa yang dilewatinya.
2.
Masa Transformasi Anak – Anak
Pada masa ini, perkembangan
kepribadian seseoarang akan terlihat dari :
- diferensiasi
- integrasi
- pematangan
- belajar
- kesadaran (sugesti)
- harga diri
- inferioritas ataupun kompensansi
- mekanisme psikoanalitis
- otonomi fungsional
- reorintasi mendadak trauma
- objektivitas
- insting
- humor
- pandangan hidup
3.
Masa Dewasa
Merupakan masa terpenting dalam
perkembangan kepribadian seseorang. Masa – masa ini sangat menentukan bentuk
kepribadian seseorang melalui tingkah laku yang ditujukannya.
Menurut Allport, seseorang dikatakan
dewasa, jika :
- mulai bisa memproyeksikan kebutuhannya tidak
hanya untuk masa sekarang tapi untuk masa yang akan datang (extension
self)
- mulai mengenal apa yang diinginkannya dan yang
menjadi kebutuhannya serta mengerti akan hal – hal yang bisa memberikan
kesenangan pada dirinya (insight & humor)
- mengerti arti dan tujuan hidup yang dijalaninya,
mulai memiliki pandangan hidup atau filsafat hidup yang terus
dipertahankan.
Pada masa perkembangan kepribadian,
unsur religius menjadi unsur yang sangat penting untuk membentuk kepribadian
seseorang.
F. Psikopatologi dan Perubahan Perilaku
Psikopatologi adalah bidang yang
mempelajari patologi / kelainan dari proses kejiwaan. Bagi Allport, pribadi
yang sehat dan matang adalah orang yag terus menerus dalam kondisi berubah
(becoming), sedang pribadi yang tidak sehat adalah mereka yang perkembangannya
berhenti. Allport setuju dengan Freud bahwa perkembangan individu dapat
terpenjara sebagai akibat kesalahan hubungan dengan orangtua, khususnya dengan
ibunya pada awal masa kanak-kanak . Semua orang membutuhkan keamanan dan
perlindungan ,dan kekurangan cinta dan kasih sayang dapat berdampak buruk dan
berjangka lama terhadap pertumbuhan .
Untuk mengatasi
kekurangan itu, Allport berpendapat orang harus dapat merasa “diterima dan
dikehendaki oleh terapis, keluarga dan masyarakatnya”. Orang harus merasa
dicintai dan belajar mencintai .Menurutnya,”bentuk terbaikdari terapi adalah
memberri cinta dan menerima cinta .”
Tetapi
itu hanya satu sisi dari gambaran manusia dari gambaran manusia . Ada banyak
orang yang memilki latarbelakang rasa aman dan cinta ternyata belakangan
menjadi neurotik . Walaupunn latar belakang keamanan dan cinta membuat mereka
bebas berkembang ,masalah lain muncul merusak . Orang mendapat tekanan untuk
menyesuaikan diri dengan masyarakat normal, dan sering penyesuaian itu
menghalangi pertumbuhan yang positif . Ini terjadi karena masyarakat sendiri
sedang sakit . Kondisi masyarakat yang penuh ketidakadilan, hipokrit (munafik)
perang, perbedaan kelas sosial, adalah potensial berbenturan dengan aspirasi
pribadi.
Dampaknya bisa
muncul perbatasan perluasan diri , gambaran diri yang menyimpang , lumpuhnya
usaha menjadi propiate, dan sikap tidak toleran kepada kelompok lain. Mereka
juga menilai dirinya dan tujuan hidupnya berdasarkan nilai-nilai orang lain.
Tugas–tugas terapi menurut Allport adalah membantu mereka menyadari
sumber-sumber yang melencengkan tujuan hidupnya, dan membantu mereka mencapai
kematangan dan kesejahteraan.
G. Assesment dan Riset
Allport menggunakan Personal
Document Technique yang merupakan metode untuk mengetahui kepribadian yang
melibatkan catatan-catatan harian, atau rekaman pembicaraan dengan subjek yang
diteliti.
Nilai (Value)
Pada tahun 1920 seorang ahli bernama
Eduard Spranger mengadakan penelitian mengenai minat dan motif, dengan meneliti
nilai-nilai yang dimiliki individu tersebut. Allport sependapat dengan Spranger
bahwasanya setiap individu memiliki nilai-nilai dalam kehidupannya, yang
berbeda tingkat dominansinya, yang akan mempengaruhi kepribadiannya.
1. Nilai teoritis
2. Nilai ekonomis
3. Nilai estetika
4. Nilai sosial
5. Nilai politis
6. Nilai religious
Perilaku
Allport membedakan perilaku menjadi
expressive behavior dan coping behavior. Coping behavior adalah perilaku yang
dilakukan dengan terencana, secara sadar dan dilakukan untuk tujuan tertentu.
Sementara expressive behavior adalah perilaku yang umumnya muncul secara
spontan, kadang susah untuk dirubah, tujuannya tidak jelas dan terencana
seperti coping behavior. Misalnya, ketika seorang dosen mengajar dia akan
memiliki copig behavior (mengajar berdasarkan urutan materi yang disediakan),
sementara dalam proses penyampaian materi dosen akan banyak melakukan gerakan,
bahasa tubuh, intonasi suara yang berubah-ubah yang tidak bisa dielakkan. Hal
ini merupakan perilaku spontan yang secara tidak langsung menggambarkan elemen
kepribadian yang dimiliki dosen tersebut.
Daftar Pustaka
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian
Edisi Revisi. UMMpress:Malang
Schultz, Duane dan Schultz, Sydney
Allen. 2005. The Theories of Personality. Thomson Learning:USA
Sugiharto,
kartika nur fathiyah, farida agus setiawati, farida harahap dan siti rohmah
nurhayati. (2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarya: UNY Press