Kamis, 21 Mei 2015

Self-Directed Changes

Self-Directed Changes



Menurut teori kompetensi, langkah yang merupakan elemen mendasar untuk mengajarkan atau menigkatkan kompetensi orang dewasa (Competence At Work, 1993). Biasanya disebut dengan istilah "Self Directed Change Theory".
Teori ini mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri ke arah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung, katakanlah semacam stres.
Menurut teori ini juga, orang dewasa akan berubah kalau berada dalam kondisi di bawah ini:
1. merasa tidak puas dengan kondisi aktual yang dihadapi (actual)
2. punya gambaran yang jelas tentang kondisi ideal yang ingin diraih/dikehendaki (ideal)
3. punya konsep yang jelas tentang apa yang akan dilakukan untuk bergerak dari kondisi aktual menuju kondisi ideal (action step).

Self directed Change juga memiliki beberapa tahapan, seperti:

1. Meningkatkan Kontrol Diri
Hurlock mengatakan "kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu-individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya". Kontrol sosial itu sendiri adalah individu sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Ketika seseorang ingin merubah kebiasaanya terhadap perbedaan yang sangat besar, seperti orang yang selalu bermalas-malasan saat kuliah. Namun dalam hal meningkatkan control terhadap diri harus mempunyai keyakinan atau niat dalam diri karena itu merupakan modal awal dalam mengontrol diri sendiri.

2. Menetapkan Tujuan
 Dalam hidup kita harus mencoba hal baru dan mengubah hal yang jelek menjadi lebih baik lagi. Tetapkan target kalian untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Dengan lebih rajin masuk kelas setiap mata kuliah, dan mendengarkan ajaran dosen.
Setiap tujuan tentunnya harus dibarengi dengan sebuah proses, dalam proses tersebut kita dapat melihat seberapa besarkah keinginan kita dalam mencapai tujuan tersebut.

3. Pencatatan perilaku
Untuk mengubah suatu kebiasaan yang jelek, catatlah hal apa saja yang bisa kita ubah dari kebiasaan tersebut, dari situ kita bisa menilai mana yang akan membantu dan memotivasi dan mana hal yang akan menggoda kita serta harus dihindari setiap kita berada dalam kelas.
Dalam hal ini kita harus melatih diri untuk merubah kebiasaan buruk kita menjadi kebiasaan yang lebih baik. Contohnya dalam mengahadapi UTS biasanya banyak yang meremehkan atau menunda-nunda waktu belajarnya, nah dari kebiasaan jelek tersebut kita dapat mencatat apa-apa saja yang perlu disiapkan dalam menghadapi UTS sehingga kebiasaan tidak baik itupun lama-lama akan berubah menjadi lebih baik jika dilatih terus menerus.

4. Menyaring Anteseden Perilaku
Tuliskan kebiasaan yang ingin kita perbaiki, dari situ kita akan melihat kerugiannya, apakah kesadaran konsekuensi lebih kuat dari keinginan melakukan kebiasaan tersebut.
Contoh: selain Begadang, misalnya kita sering megkonsumsi makanan-makanan cepat saji. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita.

5. Menyusun Konsekuensi yang Efektif
 Setelah kita sudah memulai mengontrol beberapa kondisi yang memicu perilaku atau kebiasaan kita. Meningkatkan pengendalian diri, maka terdiri dari mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain menerima perilaku yang diinginkan sebagi imbalan kita telah menyenangkan hati orang lain termasuk orangtua.
Contoh : Kita tahu bahwa kita masih seorang pelajar atau mahasiswa, kita mempunyai tugas serta amanah terhadap diri sendiri. Tugas seorang pelajar adalah mengemban ilmu dengan semangat agar mencapai keinginan orangtua dan cita-cita kita tercapai. Dari situ kita tahu bahwa konsekuensi yang ditimbulkan adalah positif karena dengan kita belajar giat kita akan membahagiakan orangtua dan mencapai cita-cita kita.

6. Menerapkan Pencana Intervensi
 Hitunglah seberapa berhasilkah kita mencapai atau membandingkan seberapa berhasil kita mencapai tujuan-tujuan yang kita kehendaki atau target-target tersebut. Misalnya setiap ujian (UTS, UAS) kita membandingkan nilainya setiap semester.

7. Evaluasi
Evaluasi adalah melihat seberapa besar kemajuan yang sudah kita lakukan untuk perubahan yang lebih baik. Pastikan setiap tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan yang belum bisa terpenuhi lebih baik kita mengulang tahapan-tahapan tersebut agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Lihat lah seberapa ada kemajuan nya kita dalam melakukan perubahan tersebut, usahakan setiap target tercapai.







Sumber :
Gibbons Murice (2002) The Self-Directed Learning Handbook
Goleman, Daniel (2004) Primal Leadership Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia
Goleman, Daniel (1996) Emotional Intelligence ( Kecerdasan Emosional ). Jakarta: PT Gramedia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar